Ikan Haporas, Melepas Kesulitan Perekonomian Warga Desa Hutaimbaru

Hutaimbaru

Kesulitan perekonomian warga Desa Hutaimbaru, Kelurahan Nagori Sibangun Mariah, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun hingga kini terus terpuruk. Kejayaan pertanian bawang merah, bawang putih dan cengkeh ditahun 1980 hingga 1997 kini sudah tinggal kenangan. Pertanian bawang di desa itu sudah lama terpuruk karena hama dan kondisi tanah yang tidak menjanjikan lagi.

Kini warga desa yang berpenduduk 66 kepala keluarga (KK) itu hanya mengandalkan nelayan sebagai mata pencaharian utama untuk menunjang ekonomi keluarga. Desa yang bisa ditempuh dari Haranggaol (Simalungun) dan Tongging (Kabupaten Karo) dengan transportsai Danau Toba itu, hanya menjanjikan ikan “Haporas” sejenis ikan Bandeng ukuran kecil untuk mata pencaharian.

Menyiangi : Nelayan ikan Haporas Desa Hutaimbaru saat menyiangi ikan Haporas dari “Daoton” (jaring-red) di dermaga kapal di Desa Hutaimbaru, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Senin (8/9/2008) pagi. Harga jual ikan Haporas di tingkat nelayan kini dipatok Rp 1300 per kilo gram. Foto Asenk Lee Saragih.

Menurut pengamatan Sauhur yang berkunjung ke Desa Hutaimbaru, Senin (8/9) lalu, warga desa itu kini hanya mengandalkan nelayan untuk mencari kehidupan. Bahkan masyarakat desa setempat memperoleh jaring penangkap ikan “Haporas” dari agen secara kredit.

“Rata-rata nelayan di sini mendapatkan “Daoton” (jaring ikan-red) dari agen penampung ikan Haporas. Kita diberikan jaring dan hasilnya kita jual kepada agen tersebut. Satu kilo gram (kg) ikan Haporas kita jual Rp 1300. Harga ini lumayan meningkat jika dibanding tiga tahun lalu yang hanya dipatok tengkulak Rp 1000 per kg,”ujar St Berlin Manihuruk, salah seorang tokoh masyarakat setempat.

Menurutnya, profesi nelayan ikan Haporas di Desa Hutaimbaru sudah hampir digeluti seluruh warga. Hal itu terpaksa dilakukan untuk mata pencaharian alternatif. “Rata-rata warga sudah menjadi nelayan. Namun masih ada sebagian yang menanam bawang dan tanaman lainnya,”ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Lamhot Parulian Saragih, pemuda desa setempat. Menurutnya, adanya kemudahan memperolah Daoton dari tengkulak, membuat warga desa bisa meningkatkan tangkapan ikan Haporas setiap harinya.

“Hasil tangkapan ikan Haporas kini hanya bisa dijual ke tengkulak. Itupun harganya dipatok tengkulak itu sendiri. Jadi posisi tawar nelayan sangat lemah karena sudah berhutang jaring kepada tengkulak. Kita harapkan ada solusi untuk pemasaran atau pemanfaatan ikan Haporas jadi bahan pakan ternek,”katanya.

Menurut Lamhot, warga desa berharap ada penyuluhan dari dinas terkait, organisasi usaha atau lembaga lain yang peduli dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk diterapkan di Desa Hutaimbaru. Seperti pembuatan pengolahan ikan Haporas dengan menggunakan industri tepat guna.

“Selain di jual, warga desa juga banyak menjadikan ikan Haporas jadi pakan ternak babi. Mungkin kalau ada industri tepat guna, ikan Haporas bisa jadi bahan baku paken ternak atau pakan ikan mas keramba yang kini marak di Danao Toba,”ujarnya.

Disebutkan, warga Desa Hutaimbaru kini berharap bantuan Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk dapat melakukan penyuluhan terhadap pengolahan ika Haporas agar nilai jualnya tinggi. (Asenk Lee)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama