Kini GKPS Semakin Tak Percaya Diri Dengan Model Ibadahnya

Tarian Simalungun : Tarian Simalungun dalam ibadah Pesta Jubileum 50 Tahun Wanita GKPS, di GKPS Jambi Minggu (9/3/2008) mampu menggairahkan ibadah di GKPS. Memasukkan unsur budaya Simalungun dalam tata ibadah GKPS, merupakan wujud nyata mengabadikan peninggalan sejarah. Foto Asenk Lee Saragih.

Jambi-Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) kini kurang percaya diri dalam menjalankan tata ibadah serta model kebaktian yang sudah mendarah daging bagi tubuh jemaat GKPS. Bahkan perubahan model kebaktian, khususnya GKPS di perkotaan sudah menggejala.

Model kebaktian di GKPS sudah terkontaminasi dengan aliran gereja lain (kharismatik). Bahkan tata ibadah di GKPS sudah ada pilihan yakni model kebaktian alternatif yang sangat digandrungi kaum muda. Melakukan ibadah yang hanya mengenakkan telinga dengan penuh sorak-sorai sudah menjadi selara iman kaum muda di GKPS serta orang tua lainnya.

Demikian dikemukakan Sekretaris Jemaat GKPS Jambi, St R saragih S Sos dalam ramah tamah dengan Ephorus GKPS Pdt Belman Purba Dasuha STh usai kebaktian malam Kamis Putih, Kamis (20/3/2008) di GKPS Jambi.

Menurutnya, GKPS sebagai salah satu gereja kesukuan yang mengabadikan Adat,Budaya Simalungun, nyaris punah ditelan arus globalisasi pelayanan.

"Kita banyak melihat bahwa GKPS, khususnya di perkotaan sudah menggandrungi tata ibadah alternatif. Seperti di GKPS Bekasi, Padang Bulan Medan dan masih banyak yang lainnya,"katanya.

Modifikasi model kebaktian dengan memasukkan budaya etnis Simalungun lebih bagus daripada gaya musik pujian modern di GKPS. Seperti kebaktian Pesparawi Seksi Bapa se GKPS di Balai Bolon Oktober 2008 lalu serta Pesta Wanita GKPS 9 Maret 2008. Unsur budaya Simalungun masuk didalamnya.

GKPS Melihat Tanda-tanda Zaman

Menjawab peryataan diatas, Ephorus GKPS mengatakan, GKPS saat ini melihat tanda-tanda zaman. Perubahan globalisasi saat ini, membuat GKPS harus mengikuti arus globalisasi tersebut.
“Mau tidak mau, suka tidak suka, GKPS harus melihat tanda-tanda zaman tersebut. Bahwa GKPS kini terbuka bagi perubahan. Misi GKPS saat ini adalah untuk memenangkan jiwa-jiwa umatnya. Dengan perubahan zaman dalam puji-pujin GKPS semakin berkembang,”katanya.

Menurut Pdt Belman, tata ibadah GKPS di perkotaan saat ini ada tiga model. Pada pagi hari tata ibadah alternatif yang menggabungkan unsur musik modern dengan tradisional. Model kedua adalah model kebaktian GKPS yang sesungguhnya. Ketiga model GKPS gaya kharismatik.

“Model ibadah GKPS yang sebenarnya saat ini kurang diminati kaula muda GKPS di perkotaan. Dari pada mereka beribadah di gereja lain, kita mensiasati model kebaktian alternatif. Hasilnya model kebaktian alternatif tersebut mampu menyedot jemaat, khususnya kaum muda-muda dalam berkebktian bersama di GKPS,”ujarnya.

Lebih jauh Pdt Belman menjelaskan, 10 tahun perubahan di GKPS, orang-orang tetap cinta dengan GKPS. Jemaat yang berkebktian di GKPS semakin banyak. Seiring juga berkat persembahan saat berkebaktian juga lebih bertambah.

“GKPS tidak akan berubah terhadap dogma dan aturannya. Aturan lembaga GKPS tetap dipegang. Batas-batas koridor model kebaktian di GKPS tetap dalm pengawasan. Percayalah, bahwa GKPS tidak akan berubah, namun GKPS hanya membuka diri terhadap perubahan zaman,”ujar Ephorus GKPS.

33 Resort Melebihi Target

Menurut Ephorus GKPS, berkat perubahan yang ada di GKPS perkotn khususnya, 33 dari 107 resort iuran wajibnya ke GKPS pusat lebih dari seratus persen. Bahkan Distrik VI merupakan resort yang paling banyak surplus. Resort Jambi sendiri kewajibannya ke Pusat mencapai 113 persen.

“Ini adalah luar biasa dan bersejarah. Tidak pernah sebanyak ini resort yang kewajibannya ke Pusat mencapai 33 resort. Ini tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang ada di GKPS, serta Sumber Daya Manusia 9SDM) dalam pelayanan kepada Jemaat,”ujarnya.

Disebutkan, pelayanan di GKPS agar maju, harus memiliki tiga strategi. Pertama SDM-nya harus profesional dan maju. Seperti pengkotbah, pembawa nyayian (song lider) dan pemain musik.

Kedua harus didukung sarana prasaranan yang memadai seperti sondsyistem, alat musik, ruangan gereja dan perlengkapannya. Ketiga, model liturgi yang fariatif, baik liturgi alternatif maupun tata ibadah pada GKPS.

“Ketiga langkah ini merupakan upaya GKPS dalam pelayanan. Sehingga jemaatnya semakin bertambah dan memberikan berkatnya lebih. Kalau orang beribadah enak sejuk, tentu memberi persembahan juga akan lebih dari cukup. Manusia adalah mahluk ekonomis, jadi dalam pelayanan juga ada perhitungan,”ujarnya.

Kata Ephorus GKPS, selagi pelayan-pelayan yang ada di GKPS tetap setia dan rukun, pengelolaan keuangan akuntabel dan transparan, GKPS tetap berdiri dan disenangi jemaatnya. (Asenk Lee Saragih)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama