Mengabadikan Habonaron Do Bona Melalui Tembang Simalungun

Sosok

Intan Saragih

Nama Intan Saragih tidak asing lagi dikalangan masyarakat Simalungun yang mencintai “Habonaron Do Bona” (Kebenaran Adalah Permulaan) melalui tembang Simalungun. Motto Simalungun tersebut dipegang teguh oleh Intan Saragih, artis Simalungun yang berdomisili di Pematang Siantar. Kecintaannya terhadap Simalungun disalurkan lewat tembang Simalungun hingga melambung ke daerah perantauan.

Penampilan Intan Saragih, tidaklah seperti sebagian penyanyi Batak ibukota atau daerah yang gemar dengan keglamoran. Namun Intan Saragih adalah sosok gadis Simalungun yang sederhana yang menjungjung tinggi adat budaya Simalungun. Fanatismenya terhadap Simalungun dia abadikan dengan menggeluti profesi penyanyi lagu-lagu daerah Simalungun.

Seperti Lagu Cinta Bulung Motung, Sorod Ni Ranggiting serta album ketiga Bunga Papan. Seluruh tembang tersebut atau yang ada di album Pop Simalungun Intan Saragih merupakan ciptaan Sabar Tondang. Album ketiga adalah Produksi Gunung Artha Record.

Kecintaan Intan Saragih terhadap lagu-lagu Simalungun ternyata juga mengalir ke daerah luar Simalungun. Sabtu-Minggu (20-21 September 2008) Intan Saragih bersama Sabar Tondang tampil memukau di hadapan 1000 orang masyarakat Simalungun yang ada di Provinsi Jambi.

“Saya cukup bangga di Jambi. Ternyata kecintaan masyarakat Jambi asal tanah Simalungun cukup tinggi terhadap budaya dan musik daerahnya. Kerinduan akan lagu-lagu daerah Simalungun di perantauan membuat kami termotivasi untuk lebih berbuat terhadap lagu-lagu Simalungun. Saya selaku penyanyi dan putri Simalungun bangga dengan Simalungun,”ujar Intan Saragih saat berbincang-bincang dengan Batak Pos di Jambi, Senin (22/9) sebelum bertolak dari jambi menuju Siantar.

Intan Saragih dan Sabar Tondang saat tampil di Jambi, Sabtu 20 September 2008 di GKPS Jambi. Foto Rosenman Manihuruk alias Asenk Lee Saragih.

Selama delapan tahun bergelut di dunia tarik suara Tembang Pop Simalungun dibawah bendera Nita Group Record, Intan Saragih sudah menelorkan tiga album Pop Simalungun. Diantara tembang dari tiga album tersebut cukup akrab di masyarakat Simalungun.

Sejak Kecil

Kecintaan Intan Saragih akan lagu-lagu Simalungun sudah ditunjukkannya sejak menginjak bangku sekolah dasar (SD N 122381 P Siantar). Dirinya juga hobi menyanyi dan sering disalurkan saat ada acara hajatan pesta perkawinan atau kegiatan lainnya.

“Saya hobi menyanyi sejak SD. Saya juga mencintai lagu-lagu Simalungun sejak kecil. Dan sekarang saya menancapkan profesi sebagai penyanyi Simalungun yang profesional. Tiga album Pop Simalungun saya selama delapan tahun adalah bukti kecintaan saya terhadap Simalungun,”ujar putri pasangan J Saragih dengan P boru Situmorang ini.

Awal karier Intan Saragih di dunia tarik suara profesional, dimulai dari paggung pesta perkawinan. Banyaknya permintaan terhadap dirinya untuk bernyanyi, membuat Intan Saragih serius untuk menekuni talenta yang dimilikinya.

“Saya memulai karier dari panggung ke panggung hingga bisa rekaman sejak tahun 2001 dan mulai rekaman tahun 2003. Saya diberi Tuhan talenta bernyanyi yang bisa menghibur orang banyak, khususnya komunitas saya sendiri. Mudah-mudahan kecintaan dan perhatian orang Simalungun terhadap lagu-lagu Simalungun tetap abadi,”ujar anak keempat dari lima bersaudara ini.

Tak Punya Royalti

Dibalik eksistensi Intan Saragih menggeluti dunia tarik suara Pop Simalungun hingga bisa memasuki dapur rekaman, ternyata meninggalkan kesan yang kurang menguntungkan. Tiga album Pop Simalungun yang telah dihasilkannya, ternyata tidak mendapatkan Royalti dari penjualan kaset dan VCD.

“Penyanyi Simalungun jarang mendapatkan royalti dari hasil karya mereka. Kontrak kerja yang kerap disepakati hanya bagi hasil dari penjualan kaset saat album keluar. Penyanyi hanya mendapatkan sedikit dari penjualan kaset. Bahkan pembayaran sering dilakukan setelah penjualan kaset,”kata putri Simalungun lulusan SMP N 7 P Siantar ini.

Menurut Intan Saragih, entertainment Simalungun hingga Producer Simalungun hingga kini belum mampu mensejahtrakan Artisnya. Bahkan managemen Artis Simalungun tergolong managemen perorangan. Hal itu ditandai dengan belum adanya Artis Simalungun yang melakukan kontrak hingga tahunan dalam segala kegiatan entertaiment.

Butuh Perhatian

Sementara itu, ternyata penyanyi Simalungun tidak menjadi tuan di negeri sendiri. Saat malam hiburan Pesta Danau Toba baru-baru ini yang berlangsung di Parapat, Kabupaten Simalungun, ternyata artis Simalungun tidak ada yang tampil. Bahkan Pemerintah Kabupaten Simalungun terkesan melupakan Artis Simalungun pada malam hiburan itu.

“Perhatian Pemerintah Kabupaten Simalungun terhadap lagu-lagu daerah serta penyenyi Simalungun minim sekali. Malam hiburan Pesta Danau Toba adalah bukti ketidak berpihakan Pemerintah Simalungun terhadap Artis Simalungun,”kata Intan Saragih didampingi Sabar Tondang.

Disebutkan, lemahnya nilai jual artis Simalungun, karena tidak memiliki manajemen yang profesional dibidang entertainment. Sehingga promosi jual artis-artis Simalungun di kampung sendiri kurang diminati para pengusaha hiburan.

Menurut Intan Saragih, lulusan SMK N 1 P Siantar ini, selain pemerintah setempat, tokoh-tokoh masyarakat Simalungun yang sukses di perantauan juga masih minim memberikan perhatian terhadap Artis Simalungun, termasuk lagu-lagu Simalungun.

“Banyak orang Simalungun yang sukses di perantauan atu di Simalungun sendiri. Namun perhatian terhadap lagu Simalungun dan pelantunnya sangat minim. Kami berharap kedepan Tokoh Simalungun mau berbuat untuk mengabadikan lagu-lagu Simalungun demikian juga dengan artisnya,”katanya.

Intan juga berharap dukungan masyarakat Simalungun dimanapun berada untuk tetap mencintai dan mau membeli kaset lagu-lagu Simalungun. “Saya berharap Motto Simalungun “Habonaron Do Bona” tetap mendarah daging bagi orang Simalungun dimanapun berdomisili. Bagi orang Simalungun perantauan tetap peduli terhadap kampung halamannya,”ujarnya.

Tampil Memukau

Sementara itu, Malam Kesenian Simalungun, Marsombuh Sihol (Melepas Rindu), Sabtu (20/9) malam dan Puncak Perayaan Pesta Jubileum (Olob-olob) 105 Tahun Injil di Simalungun tingkat GKPS Resort Jambi, di GKPS Jambi, Minggu (21/9), Intan Saragih dan Sabar Tondang tampil memukau.

Intan Saragih dengan kyboris Sabar Tondang mampu mengobati kerinduan 1000 masyarakat Simalungun di jambi yang hadir pada acara tersebut. Puluhan tembang Simalungun dari album Intan Saragih serta tembang-tembang lawas Simalungun berdetak di acara Marsombuh Sihol dan Pesta Jubileum itu.

Antusiasme warga GKPS se Resort Jambi yang meliputi GKPS Kota Jambi, Suka Makmur (Tebo), GKPS Bungo, Sumber sari dan Simpang TKA (Kabupaten Bungo) dan GKPS Bangko (Merangin) serta satu pos pelayanan Aur Duri Kota Jambi pada malam hiburan itu sungguh luar biasa.

Intan Saragih mampu menyanyikan sedikitnya 30 tembang Simalungun yang akrab ditelinga masyarakat Simalungun yang berdomisili di Kota Jambi dan sekitarnya. Tidak heran, kalau lelang sejumlah tembang Simalungun yang dilantunkan Intan Saragih mampu mengumpulkan dana untuk GKPS Resort Jambi puluhan juta Rupiah.

Selain masyarakat Simalungun, simpatisan Simalungun yang ada di Kota Jambi dan sekitarnya juga menikmati kerinduan tembang-tembang Simalungun yang dilantunkan artis Simalungun (Pematang Siantar) Intan Saragih dengan Sabar Tondang, Willy Silalahi (Personil Lasidos Plus), Trio Gama Jambi.

Artis pendukung tersebut mampu mengobati kerinduan ribuan masyarakat Simalungun yang ada di Provinsi Jambi akan lagu-lagu Simalungun. Parade lagu-lagu Simalungun itu juga dihiasi dengan tampilnya tarian khas Simalungun yakni Tortor Sombah yang dibawakan Pemudi GKPS Jambi (Kristi, Rose, Junitha, dan Henny). ruk alias Asenk Lee Saragih. (Berita Sosok ini sudah naik di HU Batak Pos Edisi Jumat, 10 Oktober 2008)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama