Belajarlah Menghargai Undangan dan Tamu





Mengusap Keringat : Ephorus GKPS Pdt Jaharianson Saragih terpaksa mengusap keringat di dahinya akibat suhu udara di dalam GOR Serunai Baru Muarabungo saat Kebaktian Kesegaran Rohani (KKR) dan “Marsombuh Sihol” pada Sabtu (19/11) malam. Foto Asenk Lee Saragih.


Catatan di Pesta Peresmian GKPS Resort Muarabungo

Muarabungo, GKPS News

Bagi masyarakat Indonesia, khususnya etnis Batak lebih khusus lagi komunitas Etnis Simalungun terlebih lagi di lingkungan Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), undangan atau tamu cukup dihargai dan diperlakukan baik. Menghargai undangan atau tamu mencerminkan seseorang atau kelompok kepanitiaan professional dan bertatakrama.

Namun hal itu tidak tercermin pada Pesta Peresmian GKPS Resort Muarabungo yang diadakan di Gedung Olah Raga (GOR) Serunai, Muarabungo, Sabtu-Minggu (19-20 Nop 2011). Kegiatan yang dirangkai Kebaktian Kesegaran Rohani (KKR) dan “Marsombuh Sihol” pada Sabtu (19/11) malam dan Kebaktian Pesta Peresmian GKPS Resort Muarabungo dan Penggalangan Dana pada Minggu (20/11).

Kegiatan tersebut dihadiri langsung Ephorus (Pimpinan Pusat) GKPS Pdt Jaharianson Sth Msc PhD , Praeses GKPS Distrik VI Pdt Jameldin STh MA dan sejumlah pendeta se Distrik VI (Wilayah Pekanbaru) seperti Pdt Erwin Sinaga STh, Pdt Jhon Ricky R Purba STh, Pdt Marudin Saragih Sth, Pdt Paran Leo Girsang SSi dan Pdt Agus Roni Damanik STh serta Pendeta GKPS Resort Pekanbaru.


Seribuan warga GKPS dan simpatisan Simalungun dari Muarabungo, GKPS Bangko (Kabupaten Merangin), GKPS Simpang TKA Bungo, GKPS Pos PI Bangun Garingging Teluk Kwantan, GKPS Sukamakmur (Kab Tebo), GKPS Sumber Sari (Kab Tebo) dan GKPS Resort Jambi hadir menyemarakkan kegiatan itu.

Namun ada hal yang menggelitik saya pada serangkaian kegiatan itu. Pertama tempat kegiatan GOR Serunai Muarabungo memang cocok dan besar untuk kegiatan seperti itu. Namun penataan gedung kurang oleh Panitia. Sisi kanan dan kiri panggung bau pesing karena sering dijadikan pengunjung GOR buang air kecil.

Kemudian toilet disisi kanan gedung kondisinya jorok. Bahkan saya melihat Ephorus GKPS GKPS Pdt Jaharianson Sth Msc PhD saat hendak ke kamar kecil terpaksa mengurungkan niat karena kondisi wc jorok tak kepayang. Ephorus geleng-geleng kepala sembari meninggalkan toilet tersebut.

Selama dua hari kegiatan Inang Ephorus GKPS juga tampak wajah cemberut dan tidak menunjukkan wajah kebahagiaan. Maklum aja, bisa juga diterka hal itu karena suhu udara di dalam gedung nyaris membuat seluruh undangan mandi keringat tanpa terkecuali. Bahkan Ephorus tidak jarang untuk mengusap keringat dengan sapu tangannya.

Gedung yang begitu besar tidak diimbangi dengan kebersihan serta penataan yang apik. Bahkan penataan tergolong seadaanya. Bahkan sisi kanan menghadap panggung, sungguh terasa aroma bau pesing yang menyengat.

Panitia cenderung hanya fokus pada banyaknya dana yang akan didapat. Padahal kenyamanan undangan dan tamu tidak dihiraukan. Tidak jarang undangan dan tamu harus keluarg gedung untuk mencari udara segar. Soal konsumsi juga Panitia cukup pelit dan kurang. Bahkan selama dua hari kegiatan Undangan terhormat tidak disuguhkan minuman seperti biasanya The Manis, Kopi dan Lampet (makanan ringan).

Sudah sepantasnya Panitia menyediakan kipas angin di jajaran undangan sekelas Ephorus GKPS bersama Inang. Sederetan undangan terhormat semuanya harus rame-rame mengeluarkan sapu tangan untuk mengusap keringat di dahi dan kening masing-masing.

Pemandangan yang lajim dilihat pada acara-acara yang dihadiri Pimpinan Pusat setingkat Ephorus GKPS. Tidak hanya disitu, cerminan kurang menghargai undangan dan tamu juga tampak kepada warga GKPS dan Simpatisan Simalungun yang hadir. Sambutan tuan rumah GKPS Muarabungo tampak begitu dingin dan cuek.

Ketidak kompakan Panitia juga terluar dari statemen Ephorus GKPS. Bahkan Ephorus memberikan sebuah pantun kepada panitia yang intinya agar Panitia yang bekerja diberikan berkat oleh Tuhan.

Perhatian kepada pemusik yakni Nisha Group dari Pematang Siantar juga kurang memadai. Nisha Group yang digawangi Sabar Tondang, Intan br Saragih, John Riahdo Purba Pakpak kurang mendapat perhatian. Artis Simalungun tampak dijadikan “sapi perahan” yang terus diuruh untuk mengalunkan lagu Simalungun tanpa adanya perhatian.

Bayangkan saja, Group Artis Simalungun Nisha Group yang secara khusus hadir secara komplit ke Muarabungo hanya disuguhi miniman air mineral selama tampil dua hari. Perhatian Panitia untuk musisi itu nyaris tak ada. Sabar Tondang sempat mengeluhkan hal itu, namun dirinya tetap tegar karena hal itu menurutnya sudah bagian dari resiko pemusik.

Ditetapkannya GKPS Muarabungo menjadi satu resort yang ke 11 di Distrik VI, harus lebih mampu lagi untuk menghargai undangan dan tamu. Pelayanan harus ditingkatkan dan tidak melulu hanya terfokus pada pengumpulan dana. Belajarlah Menghargai Undangan dan Tamu, karena itu adalah cerminan hati dan jiwa. Asenk Lee Saragih.


Tulisan ini saya kirimkan ke Redaksi Ambilan Pakon Barita (AB) GKPS. Tapi ini jawaban dari Redaksi AB


2011/11/27 jan hotner saragih

Horas ma bamu,

Tarima kasih ma bani tulisan ni ham on. Tapi anggo sihol padearhon ham, sidearan do tulisan ni ham on itujuhon hubani Panitia Pelaksana Pemekaran Resort Muara Bungo ase bani panorang na laho roh boi gabe koreksi ampa evaluasi. Mungkin hanami lang pala memuat berita on bani Majalah AB halani alasan na sisonai ai. Sidearan ma anggo tulisan on itujuhon ham hubani sidea Panitia untuk horja ai. Tarima kasih ma.

1 Komentar

  1. Hmmm.. Keadaan yang cukup memprihatinkan. Mudah-mudahan panitia dapat memperbaiki kinerjanya. Salam. Horas.

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama