Belakangan ini aku sepertinya sering ke acara melayat ke rumah duka.
Yang berduka karena ditinggal mati itu ada keluarga dekat Oni, ada sahabatku, ada temanku, tetanggaku dll.
Kalau teman Oni yang muslim, biasanya singkat saja. Tak pakai acara yang ribet.
Secepatnya jenajah dibawa ke pemakaman setelah di mandikan dan disembahyangkan. Kalau acara duka di adat Toba dan Simalungun juga Karo serta PakPak , hampir-hampir miriplah.
Setidaknya soal waktu , butuh berhari-hari, ada musik atau gondang/gonrang, ada manortor (menari) dll.
Kemarin di acara duka di rumah Kakakku Oty St Novita Metty Purba adatnya di beri nama :
Marujung Goluh Sayur Matua.
Oni bukan salah tulis ya , banyak mengganggap Oni salah tulis karena menyebut sayur , itu bukan “sayur” buat dimakan.
Bahasa Simalungun emang menyebut Sayur Matua , kalau Batak Toba menyebut Saur Matua. Upacara adat sayur matua dilakukan terhadap orangtua yang sudah tidak punya beban tanggungan lagi.
Artinya anak-anaknya sudah menikah semua dan sudah dikaruniai cucu baik dari anak perempuan dan laki-laki. Oni perhatikan di acara adat sayur matua Oty ada 2 bagian.
![]() |
Oty St Novita Metty Purba . |
1. Mandingguri atau berjaga
Pada saat mandingguri ini, pihak keluarga yang ditinggalkan akan menggunakan Porsa. Porsa adalah sehelai kain putih yang diikatkan ke kepala kaum laki-laki. Proses ini disebut sebagai Padalan Porsa.
2. Mangiligi
Mangiligi yaitu prosesi upacara adat kematian, dimana sanak keluarga akan melakukan kunjungan atau melayat terhadap orangtua na marujung goluh. Nah..dalam prosesi mangiligi ini, Oni melihat pihak hasuhuton atau keluarga yang berduka akan menyambut para pelayat sesuai urutan yang sudah ditetapkan tata ngatur adat. Dan mereka akan melaksanakan tarian (manortor) di dekat jenajah .
Begitulah kira-kira rangkaian adat Sayur Matua yang dilaksanakan anak-anak Oty untuk penghormatan kepada orang tua sebelum dimakamkan.
Meskipun umur Oty baru 62 tahun, tapi sudah berhak mendapatkan pelaksanaan adat Sayur Matua. Sebab ke 4 anak-anaknya sudah berumah tangga semua dan sudah mendapatkan cucu dari semua anaknya.
Berbeda sekali ketika Oni melayat ke Lubuk Pakam , turut berduka karena St Drs Setia Dermawan Purba marujung goluh.
Beliau seorang Budayawan Simalungun , dosen Etnomusikologi USU , di kampus beliau di kenal dengan sebutan : Pak De. Tutup usia : 68 tahun. Istrinya sudah lebih dulu meninggal beberapa tahun yang lalu.
Meninggalkan anak 2 orang , seorang putra dan seorang putri. Tapi meskipun secara usianya lebih tua dari Oty , tapi tak ada upacara adat lengkap yang beliau dapatkan secara adat Simalungun. Karena ke dua anaknya belum ada yang menikah.
Jadi acara dirumah duka , keluarga hanya menerima kedatangan sanak saudara dan handai tolan yang datang memberikan kata-kata turut berduka cita.
Pak De seorang budayawan yang hidupnya ,pemikirannya di dedikasikan buat melestarikan adat Simalungun terutama seni. Itu yang Oni dengar dari rekan-rekan sejawat beliau (dosen) dan para mahasiswanya juga mantan mahasiswanya.
Miris saat kepergiannya tanpa disertai acara adat Simalungun. Sapna Sitopu salah satu orang yang dibanggakan Pak De . Beliau pernah mengatakan pada Sapna.
“Kalau nanti aku mati, kaulah harapanku untuk meneruskan bagaimana caranya seni budaya Simalungun ini supaya tetap lestari” Satu pesan Pak De yang sarat dengan tanggung jawab.
Itulah yang ditangiskan Sapna lewat tangis-tangisnya didepan jenajah .
Karena tak berjalan adat, maka tak perlu menunggu lama , jenajah Pak De di bawa ke desa Bangun Purba dan dibawa ke gereja GKPS Bangun Purba , karena beliau seorang Sintua dan melayani di sana.
Setelah itu Pak De dimakamkan di pekuburan Bangun Purba juga lokasinya tak jauh dari GKPS. Ketika kutanya beberapa orang Simalungun, kalau meninggal seperti Pak De ini anaknya belum ada yang menikah apalah sebutannya?
Mereka bilang Mate Matalpok.
Apakah ada pendapat yang lain ?
Dalam postingan ini jika ada penyebutan yang salah Oni mohon di beritau yang benar. Supaya pembaca yang lain juga sama-sama belajar sepertiku. Oni emang kek gitu orangnya. (BS)
![]() |
Posting Komentar