Jurnalis Beritasimalungun, Rosenman Saragih Manihuruk (Asenk Lee Saragih). |
Jambi-Menilik betapa pentingnya peranan jurnalistik dalam Pekabaran Injil tersebut, persepsi miring alias pandangan sinis terhadap jurnalistik di tengah gereja atau umat Kristen di Simalungun perlu dikikis. Hal itu penting karena jurnalis barang baru atau kegiatan penghambat di tengah kehidupan umat Kristen.
Bila ditelusuri jauh ke masa silam, di dalam Alkitab pun cukup banyak kegiatan – kegiatan jurnalis yang dijadikan sebagai media Pekabaran Injil. Bahkan “reporter” pertama di dunia terdapat dalam Alkitab, yaitu Nabi Nuh. Menurut Kustadi Suhandang dalam bukunya "Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik” (Bandung, 2016, Hal 23 - 24), Nabi Nuh disebut sebagai pencari dan penyiar berita pertama di dunia.
Disebutkan demikian karena ketika dunia kiamat akibat banjir (Bah na Sumbang) di zaman Nabi Nuh, Nabi Nuh dan keluarganya tidak tahu apakah banjir yang sudah bermingu-minggu sudah surut. Kondisi demikian membuat mereka gelisah dan resah. Lantas Nabi Nuh melepas seekor burung merpati. Namun burung merpati tersebut kembali. Nabi Nuh menyimpulkan bahwa banjir belum surut dan langsung memberitakannya kepada seluruh orang yang berada di atas perahu.
Dalam bagian lain di Alkitab juga disebutkan beberapa prinsip-prinsip kegiatan jurnalistik, baik pencarian, pembuatan, penyiaran berita hingga etika. Dalam kitab Habakuk 2 : 2 disebutkan “Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh batu, supaya orang sambal lalu dapat membacanya”. Nats ayat tersebut menunjukkan bahwa penyiaran berita baik (Firman Allah) perlu dilakukan melalui media supaya diketahui banyak orang.
Kemudian 2 Timoteus 2 : 11 menyebutkan “Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang pembawa berita juga berperan sebagai rasul maupun guru dalam Pekabaran Injil atau kesaksian. Ditilik dari segi jurnalistik, ayat tersebut mengungkapkan peran jurnalistik sebagai pendidik.
Selanjutnya Titus 2 : 7b – 8 menyebutkan “Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu, sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal – hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita”.
Ayat ini memuat bagaimana perlunya etika dalam menjalankan tugas jurnalistik sebagai suatu profesi yang berfungsi mengajar (mendidik) dan menyiarkan informasi kepada khalayak atau orang banyak. Kegiatan jurnalistik harus dilakukan secara jujur dan bersungguh-sungguh untuk kebaikan, bukan untuk mencari materi semata.(BS)
Posting Komentar