HADIRI PESTA "MARSOMBUH SIHOL" SIMALUNGUN DI GKPS KOTABARU JAMBI
SABTU-MINGGU 29-30 SEPTEMBER 2012
DIMERIAHKAN OLEH NISHA GROUP : INTAN SARAGIH-SABAR TONDANG-JHON RIAHDO PURBA
Intan Saragih, tetap bertekad melestarikan seni dan budaya Simalungun melalui musik dan lagu. Kejayaan musik dan lagu Simalungun ikut meredup ketika pencipta lagu Taralamsyah Saragih meninggal dunia di Kota Jambi puluhan tahun silam. Sangat jarang muncul lagu-lagu khas Simalungun yang mampu menembus belantika musik dan lagu nasional.
Gaung musik dan lagu Simalungun semakin tenggelam ketika penyanyi dan musikus jazz Bill Saragih berpulang, menghadap Sang Pencipta beberapa tahun silam. Tak ada lagi lantunan lagu-lagu Simalungun bergaya jazz berkumandang di pentas-pentas musik. Semakin parah keadaannya ketika lima tahun lalu, Tursini Saragih, penyanyi berkarakter khas yang konsisten menyanyikan lagu-lagu daerah, berpulang.
Kiblat musik pun mulai beralih ke Tapanuli dan Karo. Dalam pesta-pesta gereja dan adat Simalungun, bukan lagi lagu-lagu Simalungun yang berkumandang, melainkan lagu Tapanuli dan Karo. Fenomena itu tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat Simalungun perantauan, tetapi juga di kampung halaman.
Perubahan kiblat musik tersebut kini pelan-pelan berbalik, seiring munculnya artis berbakat Intan Saragih (28) dan pencipta lagu Sabar Tondang (33). Di tangan Sabar Tondang dibawah bendera Nisha Group dan melalui suara emas Intan Saragih, lagu dan musik yang "mati suri" kini mulai bangkit.
Kehadiran mereka mampu menghidupkan kembali kegairahan melantunkan lagu dan musik Simalungun. Intan dan Sabar membuktikannya melalui dunia rekaman dan panggung pertunjukan. Penampilan terakhir mereka di Muarabungo dalam malam pergelaran kesenian Simalungun, "Marsombuh Sihol (Melepas Rindu)" di Muarabungo, Sabtu (19/12/11) lalu.
Pada malam Marsombuh Sihol dalam rangka Peresmian GKPS Resort Muarabungo menjadi GKPS Resort ke 11 di Distrik VI, Intan Saragih berhasil memesona sekitar 1000 hadirin, melalui lagu-lagu bergaya inggou (cengkok) Simalungun karya Sabar Tondang.
Begitu lagu Sorot Ni Ranggiting (Sengatan Lebah) dan Cinta Bulung Motung yang sarat cengkok disenandungkan, penonton langsung terhanyut ke Tanah Simalungun era Taralamsyah Saragih. Keduanya menyajikan 20 lagu untuk mengiringi tarian hamper tiga jam selama dua hari (Sabtu-Minggu). Penampilan Intan Saragih pada malam kesenian tersebut sekaligus membuktikan lagu dan musik Simalungun belum mati seperti anggapan selama ini.
"Kami sanggup mengisi malam kesenian ini hanya dengan lagu-lagu Simalungun seperti harapan panitia. Kami tak perlu menyusupkan lagu-lagu daerah lain agar suasana Simalungun benar-benar terasa. Stok lagu kami banyak," paparnya.
Obsesi
Konsistensi pada gaya khas inggou dan bekal suara emas membuat Intan Saragih kini menjadi primadona baru di dunia musik pop Simalungun. Dia mulai menyejajarkan diri dengan deretan artis yang lebih senior, seperti John Eliaman Saragih, Lamser Girsang, Sarudin Saragih, dan juga Willy Silalahi, mantan personel Trio Friendship, Trio Lasidos Plus, dan Axido Trio.
Kualitas vokal Intan teruji ketika mampu menyemarakkan pentas hiburan Semalam di Simalungun dan pentas hiburan Peresmian GKPS Resort Muarabungo di GOR Serunai Baru, Bungo. Dalam dua hari pentas musik tersebut, dia melantunkan 38 lagu tanpa ada penurunan kualitas suara.
Suara Intan bukan hanya bisa dinikmati di panggung-panggung pertunjukan, melainkan juga melalui kaset rekaman. Suaranya kini mulai menggema di kendaraan-kendaraan pribadi, di kendaraan umum, hingga rumah makan-rumah makan, baik di Simalungun sendiri maupun di perantauan.
"Saya sudah mengeluarkan tujuh album rekaman dalam bentuk kaset dan CD (compact disc). Sebagian besar lagu yang saya bawakan karya cipta Sabar Tondang. Tema-tema lagunya bervariasi, mulai dari tema lagu cinta muda-mudi, cinta kampung halaman, dan cinta seni budaya," kata anak keempat dari lima bersaudara itu.
Intan terobsesi menjadi "pahlawan baru" seni dan budaya Simalungun, setelah muncul gejala baru "malu menjadi orang Simalungun". Banyak warga yang tidak tahu lagi bahasa, budaya, dan lagu Simalungun karena merasa malu. Bahkan, tidak jarang ada yang menghilangkan marganya, dan lebih senang mengadopsi seni, budaya, lagu, dan bahasa etnis Batak lain, seperti Toba dan Karo.
Prihatin
"Saya prihatin. Orang Simalungun hanya tinggal badan dan nama. Bahasanya saja tidak tahu. Makanya kita gugah ahap (perasaan cinta) Simalungun melalui lagu. Ini yang bisa saya sumbangkan untuk pelestarian dan perkembangan kesenian dan kebudayaan, sebagai bagian budaya nasional," katanya.
MC Acara Marsombuh Sihol, St Meslan Saragih Garingging SH mengatakan, Panitia sengaja mengundang artis lokal asal Simalungun memeriahkan malam kesenian itu untuk menghadirkan suasana Simalungun. Mereka komplit dating dari P Siantar termasuk sounsystemnya.
"Intan Saragih itu memang artis serbabisa yang berpotensi meneruskan ciri khas lagu Simalungun di pentas musik Batak. Dia pandai inggou dan mengerti selera musik warga Simalungun di kampung halaman dan perantauan," katanya.
Penabuh Gondrang Tak Kalah Menarik
Pada suasana lain, melihat penabuh drum sekelas Tio (Dewa 19) atau band papan atas lainnya mungkin sudah biasa bagi penggemar musik di Tanah air. Namun memadukan gondrang Simalungun dengan drum pada umumnya mungkin dibutuhkan skill (kemampuan) yang luar biasa. Irama gondrang etnik yang dipadu dengan simbal drum sungguh memukau di tangah John Riahdo Purba Pakpak.
Pria kelahiran P Siantar 23 Oktober 1991 ini mampu membuat geleng-geleng kepala bagi yang melihatnya saat beraksi diatas panggung. Naluri penabuh gondrang dengan simbal drum sudah seirama dalam berbagai alunan ragam musik yang dimainkan sang keyboris.
Sudah mendarang daging, itulah yang dapat ditujukan bagi anak “Siantarman” yang juga alumni dari SMA N 3 P.SIANTAR angkatan 2008 ini. “Garama” pangondrang ini selalu tampil memukau dan selalu mengundang perhatian bagi yang melihatnya. Hal itu juga yang tampak disaat dirinya tampil bersama Nisha Keyboard Group (Sabar Tondang, Intan br Saragih) pada acara “Marsombuh Sihol” dan Pesta Peresmian GKPS Resort Muarabungo Sabtu-Minggu (19-20 Nop 2011) di GOR Serunai Baru Muarabungo.
Staminanya yang kuat serta gaya penabuh gondrangnya yang eksentrik, mampu membuat suasana meriah serta gelak kagum sang penonton. Bahkan Ephorus GKPS Pdt Jaharianson Saragih beserta Inang dan para undangan serta seribuan warga GKPS se Resort Muarabungo, simpatisan GKPS dan Simalungun terkagum dibuatnya.
Pria yang terkesan pendiam ini, membuat Organ Tunggal di Simalungun lebih berwarna. Tidak lagi melulu mengandalkan Keybord semata, namun juga gondrang modifikasi serta seruling yang mengimbangi.
Penampilan prima John Riahdo Purba Pakpak selama dua hari di Muarabungo, juga mengundang perhatian St RK Purba Pakpak, salah seorang Tokoh Masyarakat Simalungun di Jambi yang juga pengusaha sukses di Jambi.
Saat penampilannya, Ketua Umum Panitia, St RK Purba Pakpak melelang Dayok Binatur untuk John Riahdo sebagai bentuk apresiasi penampilannya yang membuat penonton gembira. Tidak itu saja, disaat akhir acara, St RK Purba Pakpak juga merogoh dompetnya dan memberikan sejumlah uang kepada John Riahdo Purba Pakpak agar tetap eksis sebagai ‘Pargondrang” yang handal dari Simalungun.
Nisha Keyboard Group yang beralamat di Jalan SM. Raja No 72, Desa Bane Pematang Siantar Telp 0812 648 4306 tampil lengkap dengan sounsystem sendiri sesuai dengan permintaan Panitia.
Tembang-tembang Simalungun dari suara emas Intan br Saragih serta nada-nada musik yang “Maringgou Simalungun” dari tuts keybors Sabar Tondang membuat suasana pesta meriah.
Penampilan Nisha Keyboard Group yang sudah menelorkan album Simalungun ini diantaranya Sorotni Ranggiting, Bulung Motung, Ketahuan, Sayopan, Cinta Ban Serap, Jakket Parsirangan, Sukkup ma Botou, Gatinan Tangis, mampu membuat undangan betah hingga larut malam saat “Marsombuh Sihol” tersebut.
Kini musik Simalungun, tidak lagi “Malungun” berkat modifikasi gondrang tradisional dengan simbal drum modern. Hal itu telah dibuktikan oleh Nisha Keyboard Group dengan menampilkan “garama” John Riahdo Purba Pakpak. (Asenk Lee Saragih).
Memukau : Penampilan John Riahdo Purba Pakpak yang memukau penonton yang menggabungkan gondrang Simalungun dengan simbal drum modern bersama Nisha Keyboard Group (Sabar Tondang, Intan br Saragih). Penampilannya di Balai Bolon GKPS dan Muarabungo baru-baru ini.Sauhur. Foto sauhur/ Asenk Lee Saragih.
Posting Komentar